Welcome In Asahanonline.com Menyajikan Informasi Seputar Pemerintahan,Politik,Kriminal,Hukum,opini,Artikel&Olahraga

Minggu, 27 November 2011

Kasus Dugaan Suap Proyek Bupati Asahan ke Kejatisu

KISARAN | Kejaksaan Tinggi Sumut didesak mengusut dan menuntaskan dugaan suap dan korupsi terindikasi melibatkan bupati Asahan. Ini khususnya diduga terkait kasus 115 paket proyek di jajaran pemkab Asahan sebagaimana di Dikjar bersumber dari DAK tahun 2011.
"Saya minta kepada aparat penegak hukum Polres Asahan yakni Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), dan Kejaksaan Tinggi Kisaran. Pasalnya, pengakuan yang menghebohkan rakyat Asahan itu suatu fenomena yang jarang terjadi di mana-mana,”ujar Halim Saragih kepada Tetap TOPKOTA, Kamis (27/10) di Kisaran.
Selain itu, kata Ketua DPC IPNU Asahan ini, meski oknum Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang melaui Humas Pemkab membantah adanya dugaan suap dari sejumlah rekanan proyek di atas, pihak Kejatisu diharap segera menyelidiki kasus ini. Soalnya pihak Kepolisian di Asahan kinerjanya meragukan dan dikhawatirkan ada 'kong kalikong'.
“Kalau Bupati diduga bisa saja meminta sejumlah uang kepada rekanan, agar mendapatkan proyek di setiap SKPD. Kemungkin besar bisa saja semua Kepala Dinas (Kadis) di Asahan ikutan meminta uang DP atau KW kepada semua kontraktor untuk memuluskan proyeknya,” kata Halim.
Desakan agar Kejaksaan segera melakukan pengusutan dan pemeriksaan kasus ini, juga disampaikan Ketua Pembina Gerakan Mahasiswa Asahan (Gemas) Julianto Putra. Menurutnya Kejatisu selayaknya sesegera membentuk tim guna menyelidiki dugaan korupsi oknum bupati dan awakilnya, dalam kasus di atas. Selain itu, dugaan penggelembungan suara saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati beberapa waktu lalu.
“Tindakan itu sudah sangat memalukan dan sangat merusak citra pejabat pemerintahan. Untuk itu, demi mendaptakan kebenaran dan kepastiannya, Kejaksaan diminta segera melakukan pengusutan dan memeriksa semua panitia lelang tender di Dikjar Asahan,”tegas Julianto Putra.
Sementara Aditya Prahmana juga mengaku sangat menyayangkan sikap oknum bupati Taufan Gama Simatupang, yang diduga menerima sejumlah uang dari rekanan. Katanya, ini merupakan preseden buruk bagi pemerintahan di jajaran Pemprovsu, khususnya di Pemkab Asahan.
“Kalau oknum bupatinya saja diduga bermain sama rekanan, bisa saja diduga semua SKPD-nya ikut juga bermain," katanya.
Sebelumnya, Taufan Gama Simatupang yang dikonfirmasi tetap TOPKOTA, Rabu (26/10)sekira pukul 14.00 WIb, melalui juru bicara Pemkab, Rahman Halim AP, membantah adanya dugaan pengakuan sejumlah kontraktor yang mengatakan ada dimintai uang oleh oknum bupati guna meloloskan proyek. Kata Rahman, hal itu merupakan fitnah.
“Tidak benar semua pengakuannya itu. Sebab, semua proses kegiatan tender dilaksanakan di tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing. Jadi tidak ada kaitannya dengan kepala daerah semua proses lelang tender di Dikjar itu,” kata Rahman.
Kabag Humas Pemkab Asahan ini juga mengatakan, bahwa Kepala Bidang Sarana dan Prasarana yang juga PPK Dikjar Asahan juga membantah pengakuan rekanan itu. Bahwa semua pengakuan rekanan itu, katanya, tidak benar.
"Kalau PPK-nya sudah membantah tidak ada, berarti semua pengakuan kontraktor itu bohong dan tidak benar," katanya.(Arbain)

Mendagri Minta Gubsu Teliti Pengangkatan Mantan Napi Jadi Kadispora Budpar Asahan

photo:halimsaragi
Pengangkatan mantan narapidana (napi) yang tersandung kasus dugaan korupsi MTQ tahun 2007 M Syafii yang menjadi Kadispora Budpar Asahan tampaknya menjadi polemik yang berkepanjangan.
Protes itu datang dari warga di Asahan yang terus bertubi-tubi atas kebijakan Bupati Asahan Drs H Taufan Gama Simatupang MAP yang mendudukan seorang mantan napi. Bahkan, pengaduan itu datang juga dari Ketua LSM ke Mendagri ke Jakarta.
Atas pengaduan Ketua LSM Forpotda Asahan Asli Tambunan tersebut, Mendagri langsung menurunkan ‘titahnya’ berupa surat ke Sumut.
Surat Menteri Dalam Negeri bernomor 800/37/sJ tertanggal 6 january 2011 yang ditandatangani Seketeris Jenderal Kepala Biro Kepegawaian Kiswanto ditujukan kepada Gebernur Sumatra Utara di Medan.
Dalam surat tersebut, Mendagri meminta kepada Gubsu kiranya dapat meneliti dan mencermati pengaduan dari Ketua LSM Forpotda Asahan Asli Tambunan terhadap pengangkatan Mantan Narapidana M Syafii yang diangkat sebagai Kadispora Budpar Asahan baru-baru ini.
Surat perintah penelitian dari Mendagri tersebut selain ditujukan kepada Gubsu, juga ditembuskan kepada Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta, Seketaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri di Jakarta (sebagai laporan), Inspectorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri di Jakarta serta Bupati Asahan.
Dijelaskan Asli Tambunan saat memberikan fotocopy bukti surat Mendagri pada Mandiri, beberapa hari yang lalu, dijelaskan, pihaknya berangkat ke Jakarta memberikan surat ke Mendagri, Presiden SBY dan Menpan tentang protesnya terhadap kebijakan Bupati Asahan dalam hal pengangkatan mantan napi yang didudukan menjadi KadisPora Budpar Asahan.
Beberapa hari setelah itu, tepatnya 21 Januari lalu, telah sampai surat balasan dari Mendagri untuknya merespon pengaduannya tersebut, di mana sebelumnya pihaknya melaporkan ke Mendagri, bahwa M Syafii yang diangkat menjadi Kadispora Budpar Asahan adalah mantan napi.
“M Syafii sudah pernah dihukum dalam penjara Labuhan Ruku selama satu tahun setengah akibat kasus korupsi dana MTQ Asahan TA 2007,” jelas Asli.
Ia minta kepada Pusat untuk cepat meresponnya, sebab baru beberapa hari diantarkan surat tersebut, saat ini sudah dibalas dengan menyurati Gubsu untuk meneliti masalah tersebut.
Pihaknya berharap kepada Bupati Asahan Drs H Taufan Gama Simatupang, agar selektif memilih SKPD yang akan didudukan di Asahan, sebab kalau tidak maka upaya untuk membasmi para koruptor seperti yang sedang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Asahan dan Pusat akan menjadi sia-sia saja.
Hal senada juga disampaikan Kepala LBH Publik Asahan Fadly Harun. Pihaknya juga merasa risih melihat adanya seorang mantan napi didudukan pada jabatan strategis di Asahan.
“Jangankan menjadi seorang Kepala Dinas, jadi abdi negara saja kita juga sudah tak enak melihatnya,” tegas Fadly seraya mengatakan, apa yang dilakukan Ketua LSM Forpotda Asahan Asli Tambunan melaporkan masalah ini sampai berangkat ke Jakarta, sangat kita dukung.

Oknum Jaksa Kejari Kisaran Dituding Berprilaku Tercela

Starberita-Kisaran, Seorang oknum Jaksa yang diketahui bertugas di Kejaksaan Negeri (Kejari) Kisaran bernama Martin Sinurat dituding melakukan perbuatan tercela terhadap pengusaha salon bernama Suryani yang beralamat di Desa Sipaku Area, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Minggu (6/2)
   
Kepada wartawan Suryani menuturkan bahwa, dirinya mengenal Martin Sinurat pada akhir Desember 2010 silam, namun setelah beberapa hari kemudian dengan percaya diri Martin langsung menjambangi Suryani disalon tempat dimana ia menjalankan usahannya dengan maksud tebar pesona, namun tanpa tegur sapa dengan sipemilik. Selanjutnya selang beberapa hari kemudian ponsel milik Suryani berdering, setelah disapa ternyata yang menghubunginya adalah Martin Sinurat untuk mengajak Suryani berkenalan.

Berawal dari perkenalan di handphone tersebut, Martin ketagihan dan terus melakukan pendekatan agar cintanya diterima sang pujaan hati. Gayungpun bersambut, Suryani menerima tawaran Jaksa yang bertugas di Kejari Kisaran untuk bertemu. Namun pertemuan terhadap sang Jaksa dimaksud pada saat itu hanya sebatas pertemanan saja. Namun oleh sang Jaksa pertemuan tersebut dimanfaatkannya untuk menyatakan ketulusan cinta sucinya, kata Suryani.

Lanjutnya, perihal ketulusan cinta sang Jaksa ini dicetuskannya saat kapan saja dirinya bisa berkomunikasi dengan dirinya, bahkan saking kebelet agar cintanya diterima Martin seperti makan obat rajin datang mengunjungi salonnya. Ironisnya lagi, Martin rela menunggu berjam-jam lamanya jika saja dirinya mendapati Suryani tak berada disalon tersebut. Seiiring penantiannya, sang Jaksa tak bosan-bosannya menghubungi Suryani melalui ponsel untuk mengabarkan bahwa dirinya telah berjam-jam menunggunya.

Lebih lanjut Suryani mengatakan, meski ia belum sempat mengucapkan kata cinta kepada Martin, namun sang Jaksa menganggap Suryani pemilik salon adalah kekasihnya. Selain itu Martin kerap berlaku kasar terhadap Suryani saat kembali ke salon yang sekaligus dijadikan rumah tinggalnya. Martin langsung menuding Suryani macam-macam. Selain itu Martin kerap mengeluarkan ancaman akan bertindak kasar jika Suryani kedapatan jalan dengan lelaki lain.

Dikarenakan takut karena nyawanya bisa saja melayang jika tidak turut pada perintah Martin, akhirnya guna menyelamatkan dirinya, perempuan asal kota Medan tersebut pura-pura menuruti perintah martin. Ia juga pernah diancam bunuh saat Martin kesal tak dapat bertemu dengannya. “Jika kesal tak dapat bertemu dengannya, sang Jaksa mengamuk sembari merusak pintu, kaca jendela dan merusak spanduk merek salonnya”.

Lebih dari itu, Martin yang terkenal arogan ini mengambil paksa 3 (tiga) buah HP milik Suryani, ia juga sering meneror melalui pesan singkat (SMS). Tak tahan dengan perlakuan sang Jaksa, maka akhir Januari 2011, suryani meminta perlindungan ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Publiek. Dari laporan Suryani tersebut, Zasnis membawa Suryani ke Polres Asahan guna melaporkan kejadian yang menimpannya.

Tapi ironisnya, oknum polisi bernama panggilan Putra, yang menjadi juru periksa yang baru saja selesai memeriksa Suryani bertindak aneh. Pada tanggal 01 February 2011, Selasa malam sekitar pukul 19. 00 WIB, polisi yang diharapkan dapat melindungi pelapor Suryani, malah membawa Martin menemui korban yang sedang sembunyi ketakutan. Kemudian setelah melakukan pelacakan, korban berhasil ditemukan dirumah kerabatnya dijalan Mangunsarkoro, Kecamatan Kisaran Barat. Dibawah pengawalan polisi tersebut, Martin mengamuk dan memaksa Suryani agar segera mencabut pengaduannya dari Mapolres Asahan. namun berkat kesigapannya, Suryani berhasil diselamatkan Kuasa Hukumnya setelah drama penyanderaan tersebut berhasil tercium.

Dari penuturan Suryani yang membeberkan prilaku tercela sang Jaksa ini, ia berharap kepada pimpinan tertinggi kejaksaan agar mengambil langkah-langkah untuk membantu melindungi dirinya selaku korban, dan selain itu menjatuhkan sanksi tegas terhadap Martin Sinurat yang telah mencoreng citra institusi kejaksaan.    (andalas/FAS/BHI)

Kejari Kisaran Tahan Kepala BP2KP Asahan Bersama Dua Stafnya

Kisaran, (Analisa). Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Asahan serta dua stafnya, ditahan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kisaran, karena diduga melakukan mark up pengadaan lahan Balai Penyuluhan Pertanian di sembilan kecamatan, Selasa (24/5).
Menurut informasi, ketiga tersangka itu, Kepala BP2KP, AJG serta bawahannya sebagai Panitia Pelaksana kegiatan RD, dan Kabid Sarana dan Prasarana Fah, ditahan karena pihak Kejari Kisaran menemukan bukti penyelewengan dana pengadaan lahan sebanyak Rp 550 juta dari pagu Rp 1,7 miliar lebih di tahun anggaran 2008-2009.

Kajari Kisaran Didi Suhardi SH MH, melalui Kasi Intel Rudy Parhusip, SH ketika ditemui mengatakan, berdasarkan bukti dokumen dan keterangan dari tiga tersangka serta saksi lainnya, menyatakan mereka bersalah hingga harus dilakukan penahanan untuk proses lebih lanjut.

"Ada beberapa bukti dan keterangan saksi, ketiganya melakukan tindakan penyelewengan anggaran," ungkap Rudy Parhusip.

Menurut Rudy, akibat tindakan mereka itu, negara dirugikan sebanyak Rp 550 juta. "Negara dirugikan lebih kurang sebesar Rp 550 juta," tandasnya.

Tindakan mereka dalam pengadaan lahan melanggar peraturan dengan tidak melibatkan panitia IX, namun tersangka mengambil alih sendiri. Akibatnya tindakan mereka itu bisa melakukan penyelewengan anggaran itu.

Mereka di jerat pasal 2 ayat 1, UU No 20 tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman 20 tahun kurungan.

"Penyelidikan dugaan mark up yang mereka lakukan berdasarkan laporan dari masyarakat dan dipelajari dengan memeriksa para saksi dan tersangka, hingga mereka terjerat dengan hukum yang berlaku," paparnya lagi. (aln)

Kejari Kisaran Tahan Kepala BP2KP Asahan Bersama Dua Stafnya

Kisaran, (Analisa). Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Asahan serta dua stafnya, ditahan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kisaran, karena diduga melakukan mark up pengadaan lahan Balai Penyuluhan Pertanian di sembilan kecamatan, Selasa (24/5).
Menurut informasi, ketiga tersangka itu, Kepala BP2KP, AJG serta bawahannya sebagai Panitia Pelaksana kegiatan RD, dan Kabid Sarana dan Prasarana Fah, ditahan karena pihak Kejari Kisaran menemukan bukti penyelewengan dana pengadaan lahan sebanyak Rp 550 juta dari pagu Rp 1,7 miliar lebih di tahun anggaran 2008-2009.

Kajari Kisaran Didi Suhardi SH MH, melalui Kasi Intel Rudy Parhusip, SH ketika ditemui mengatakan, berdasarkan bukti dokumen dan keterangan dari tiga tersangka serta saksi lainnya, menyatakan mereka bersalah hingga harus dilakukan penahanan untuk proses lebih lanjut.

"Ada beberapa bukti dan keterangan saksi, ketiganya melakukan tindakan penyelewengan anggaran," ungkap Rudy Parhusip.

Menurut Rudy, akibat tindakan mereka itu, negara dirugikan sebanyak Rp 550 juta. "Negara dirugikan lebih kurang sebesar Rp 550 juta," tandasnya.

Tindakan mereka dalam pengadaan lahan melanggar peraturan dengan tidak melibatkan panitia IX, namun tersangka mengambil alih sendiri. Akibatnya tindakan mereka itu bisa melakukan penyelewengan anggaran itu.

Mereka di jerat pasal 2 ayat 1, UU No 20 tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman 20 tahun kurungan.

"Penyelidikan dugaan mark up yang mereka lakukan berdasarkan laporan dari masyarakat dan dipelajari dengan memeriksa para saksi dan tersangka, hingga mereka terjerat dengan hukum yang berlaku," paparnya lagi. (aln)

Diduga Terlibat Korupsi Rp6,7 M, Oknum Dinas PU Ditangkap

MEDAN - Tim Satuan Penyidik Kejati dan Kejari Kisaran, Sumatera Utara menangkap seorang oknum pejabat Pemkab Batubara yang telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus korupsi pada Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan kabupaten Batubara senilai Rp6,7 miliar.

Syahrial Lapau (36) oknum pejabat Kepala bidang Fisik dan Prasarana di Badan Perencanaan Daerah Pemkab Batubara ini ditangkap saat hendak melarikan diri dengan sebuah mobil minibus. Namun jaksa langsung menghentikan mobil tersebut saat melintas di Jalan Kuala Tanjung, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Batubara, Sabtu 20 Agustus 2011 kemarin

Tim kejaksaan yang dipimpin Kasi Penyidikan Kejati Sumut, Jufri ini langsung membawa tersangka ke kantor Kejati Sumut. Dihadapan penyidik tersangka mengakui perbuatan korupsipembangunan 7 kantor SKPD Pemkab Batubara pada tahun 2009 silam.

Sementara itu, Asisten Penindakan Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Sumut, Mansur Zaini mengatakan, tersangka

Dari hasil keterangan para saksi Syahrial sudah pernah dipanggil beberapa kali. Dia dianggap tidak menunjukkan sikap kooperatif dengan penyidik sehingga akhirnya diputuskan agar yang bersangkutan dilakukan penahanan.

Mansur belum dapat memastikan keterlibatan Bupati Batubara, OK Zulkarnaen. Meski begitu, dia menambahkan, tidak tertutup kemungkinan bakal ada tersangka lain dalam kasus ini setelah pemeriksaan terhadap para saksi dan tersangka.

Setelah lebih kurang 3 jam diperiksa, Syahrial lantas digelandang ke Lapas Tanjung Kusta, Kota Medan. (put)
(Amos Torang Simamora/SUN TV/hri)

Pemkab Asahan Dukung Kinerja dan Prestasi Kejari Kisaran

MedanBisnis –Kisaran. Bupati Asahan, Taufan Gama Simatupang menyatakan siap mendukung kinerja serta prestasi Kejaksaan Negeri Kisaran.“Kami akan selalu mendukung prestasi dan tugas-tugas  Kejari di Asahan,” demikian kata Taufan dalam acara pisah sambut kepala Kejari Kisaran, Jumat malam (9/9) di ruang Melati Pemkab Asahan.
Taufan menilai kinerja Kejari Kisaran selama menjalankan tugas di wilayah Asahan sudah berdiri di posisi jalur hukum yang tepat, di antaranya dalam penanganan kasus pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada).”Karena kenetralan pihak kejaksaan, Pilkada Asahan dapat berjalan dengan baik,” sebut Taufan.

Meskipun pucuk pimpinan baju coklat tersebut terus mengalami bergantian, namun Pemkab Asahan menyatakan tetap mendukung tugas serta prestasi yang selama ini telah diraih pihak kejari Kisaran yakni ranking ke 4 se-Sumatera Utara dan ranking 12 se-Indonesia.  “Kalau masa Pak Didi Kejari Kisaran ranking 12, dimasa pak Anthony, kita bantu menjadi ranking 10, artinya kita siap mendukung prestasi kejaksaan,“ cetus Taufan.

Taufan mengucapkan terima kasih dan menyampikan penghargaan setinggi-tingginya atas pengabdian pejabat yang lama, Didi Suhardi  selanjutnya kepada pejabat yang baru Anthony Tarigan diucapakan selamat datang dan selamat bertugas. “Kami yakin apa yang telah dilaksankan oleh pejabat terdahulu dapat dilanjutkan dan lebih ditingkatkan oleh pejabat yang baru,” kata Taufan.

Sementara itu, Didi Suhardi yang telah bertugas selama 3 tahun 10 hari mengatakan pihaknya akan selalu menegakkan hukum pada jalurnya, termasuk kasus korupsi yang berada di wilayah hukum Kejari Kisaran. “Penanganan kasus korupsi di Asahan tidak tidur, kami tetap memprosesnya, namun kami juga harus hati-hati untuk menangani kasus korupsi, artinya kasus yang dilaporkan harus memenuhi alat bukti dan unsur lainya,” jelas Didi sembari mengucapkan terimakasih atas dukungan Pemkab Asahan dan masyarakat atas kinerja Kejari Kisaran. (indra sikoembang)

Kejari Kisaran abaikan kasus korupsi?

photo:halimsaragi-Asahanonline
ASAHAN – Hingga kini Kejaksaan Negeri (Kejari) Kisaran terkesan mengabaikan kasus-kasus dugaan korupsi yang dilaporkan oleh masyarakat Kisaran.Seperti kasus dugaan korupsi Rp.5,6 M di dinas PU Asahan, kasus dugaan korupsi di sekatriat Humas masalah RSPD, kasus anggaran reses dan bintek fiktip anggota DPRD Asahan periode 2004-2009 , serta lainnya.

“Hingga hari ini satupun kasus dugaan korupsi yang dilaporkan, belum ada yang  diperiksa atau diselidiki oleh pihak kejaksaan. Namun hanya kasus-kasu- kasus korupsi ringan yang dibawah Rp1miliar  saja yang disidangkan, sedangkan kasus korupsi diatas Rp1 miliar belum disidangkan,” ujar ketua LSM Target Asahan, Zulfi Andri Zass kepada Waspada Online, hari ini.

Untuk itu, Zulfi mengharapkan agar Kejari Kisaran lebih proaktif menangani laporan dugaan korupsi yang terjadi di wilayah kerjanya. “Kejaksaan sebagai ujung tombak penegakan keadilan jangan kehilangan taring. Korupsi yang terjadi jelas telah merugikan negara dan rakyat,” tegasnya.

Editor: ANGGRAINI LUBIS
(dat04/wol)

Kejari Kisaran Tangani 13 Perkara Korupsi dan 436 Perkara Pidana Umum

Photo : Halimsaragi-Asahanonline
KISARAN (Portibi DNP) : Kejaksaan Negeri (Kejari) klas II Kisaran dalam kurun waktu selama 7 bulan  sedang memproses perkara Tindak Pidana Korupsi (TPK) sebanyak 13 perkara sejak Januari 2011 hingga Juli 2011 dan Perkara Pidana Umum sebanyak 436 perkara Menurut keterangan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kisaran Didi Suhardi, melalui Kasie Intelejen Rudi Parhusip maupun Kasie Pidana Umum (Pidum)  RO Panggabean kepada Portibi DNP Jum'at (22/7) disela sela acara Hari Bhakti Adiyaksa ke 51 tahun yang dilaksanakan di halaman belakang kantor Kejari Kisaran dikatakan bahwa sejak Januari hingga Juli 2011 Kejari kisaran telah menangani perkara Tipikor sebanyak 13 perkara dan yang sudah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kisaran dan saat ini sedang menjalani  proses persidangan sebanyak 6 perkara Tipikor dan sisanya sebanyak 7 perkara sedang dalam penyidikan, ujarnya.
Lebih lanjut Rudi Parhusip juga mengatakan dalam penanganan kasus korupsi memang membutuhkan waktu yang cukup lama, hal tersebut dikarenakan banyak faktor diantaranya pengumpulan data valid dan bukti bukti serta menunggu hasil audit pihak BPKP, namun demikian semua perkara Tipikor tidak satupun yang dipeti eskan seperti issu yang dikembangkan  media beberapa waktu lalu.
Sementara perkara Tipikor yang terjadi di wilayah Pemkab.Batubara sudah ditangani secara  langsung oleh Kejaksaan Agung dan bahkan tersangkanya sudah di tahan pihak Kejagung, ujarnya
Kasi Pidum RO Panggabean juga mengatakan jumlah perkara pidana umum yang sudah ditangani pihaknya sepanjang Januari hingga Juli sebanyak 436 perkara dari jumlah tersebut, sebanyak 427 perkara sudah memasuki tahap ke II dan dari jumlah perkara tersebut juga termasuk dalam kasus Narkoba sebanyak 98 perkara.
Khususnya dalam perkara Narkoba kita sering kesulitan memanggil saksi saksinya, namun demikian kami tetap berupaya semaksimal mungkin dalam menuntaskan perkara itu.
Baik Rudi Parhusip maupun RO Panggabean juga menuturkan seiring dengan Hari Bhakti Adiyaksa ke 51 ini, dan sesuai dengan amanah Jaksa Agung RI Basrief Arief yang dibacakan Kajari Kisaran Didi Suhardi dalam apel HBA dikatakan bahwa kedepan tidak ada lagi Jaksa yang nakal dalam menegakkan hukum, hal tersebut seiring dengan Thema HBA yang bertuliskan " Melalui Hari Bhakti Adiyaksa 2011 Kita Tingkatkan Integritas Moral Dalam Pelaksanaan Tugas Guna Mewujudkan Aparat Kejaksaan Yang Jujur Dan Berwibawa Dalam Meraih Kembali Kepercayaan Masyarakat" tukasnya (PD 08)

Mahasiswa kecewa dengan kinerja Polres Asahan

MEDAN - AktiVis Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Gerakan Mahasiswa Asahan (Gemas), kecewa dengan kinerja aparat penegak hukum Polres Asahan. Laporan mereka yang melaporkan Bupati Asahan, Taufan Gama Simatupang ke penegak hukum terkait pelanggaran Peraturan Daerah (Perda), tidak dilanjuti polisi.
       
Laporan mahasiswa tentang dugaan pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 yang dilakukan oleh Bupati Asahan, dipulangkan kembali oleh Polres dengan alasan belum ditemukan tindak pidana atau pelanggaran Perda yang dimaksud para aktivis itu. Kasus yang dilaporkan aktivis itu terungkap dalam surat pemberitahuan perkembangan hasil penelitian Polres Asahan, yang disampaikan kepada Ketua Gemas, Julianto Putra dan Ketua IPNU, Halim Saragih tertanggal 17 November 2011.

Pengaduan mereka itu terkait pengalihan fungsi tanah 15,06 hektare eks HGU PT BSP di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Sei Renggas, Kecamatan Kisaran Barat atau depan PN Kisaran. Dalam surat nomor B/778/XI/2011/ Reskrim ditandatangani Kasatreskrim Polres Asahan, AKP Fahrijal, disebutkan Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang (terlapor) belum ditemukan melakukan tindak pidana.

Dugaan tindak pidana sesuai ketentuan pasal 73 ayat (1) UU nomor 26 Tahun 2007 yang dilakukan Bupati Asahan dan Pejabat Pemkab Asahan karena mendirikan bangunan perkantoran dan bertentangan dengan Perda  nomor 7 Tahun 2001 tentang rencana detil tata ruang (RDTR) Wilayah Perkotan Kisaran BWK III/IV ibu kota Kabupaten Asahan Tahun 2001-2020 tidak terbukti.

Sebelum dilakukan pengalihan fungsi 15,06 hektare yang merupakan eks HGU PT BSP di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Sei Renggas, Kecamatan Kisaran Barat untuk pertokoan dan lahan cadangan pasar telah dilakukan pengusulan permohonan Bupati Asahan nomor 590/4731 tanggal 30 Juli 201 kepada pimpinan DPRD. Kemudian pimpinan DPRD menyetujui perubahan peruntukan pada RDTR wilayah Kota Kisaran yang diusulkan Bupati Asahan dengan menerbitkan surat nomor 590/1583 tertanggal 20 Juli 201.

Dalam surat tersebut juga dipertegas, Bupati Asahan mengusulkan perubahan peruntukan lahan seluas lebih kurang 15.06 hektar pada Perda nomor 07 Tahun 2001 yang semula direncanakan sebagai peruntukan bangunan pertokoaan dan lahan cadangan pasar menjadi perkantoran, perumahan KPR BTN tipe 36, rusunawa, sarana air bersih dan fasilitas umum.

Menanggapi surat tersebut, Julianto Putra dan Halim Saragih malam ini di Medan, mengaku pihaknya akan melaporkan ke pimpinan DPRD Asahan dalam waktu dekat karena telah merubah Perda tanpa melalui prosedur seperti paripurna.

”Surat Polres sedang kami pelajari. Karena perubahan Perda hanya dilakukan pimpinan DPRD Asahan tanpa melibatkan anggota DPRD,” ujar Julianto menjelaskan.

Sementara itu ketika dikonfirmasi, Kasat Reskrim Asahan, AKP Fahrizal membenarkan telah melayangkan surat kepada GEMAS dan IPNU.

Kapolres Asahan Dilapor ke KPK

JAKARTA | Elemen masyarakat yakni, Aliansi masyarakat independen pemantau kinerja aparatur negara (Amipka) melaporkan Kapolres Asahan Cq Kapoldasu Cq Kapolri ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atas tindakan tangkap lepas jaringan penipu CPNS yang juga istri Wakil Ketua DPRD Asahan. Ada dugaan pihak Polres dikomando AKBP Marzuki MM menerima suap dari tersangka, hingga tak dilakukan penahanan dengan berbagai dalih.
"Hari ini kita atas nama keadialan dan masyarakat, resmi melaporkan Kapolres Asahan ke KPK," kata Direktur LSM Amipka, David Ridwan Bez, kepada wartawan di depan gedung KPK di Jalan Rasuna Sahid, Jakarta, Jumat (25/11).
Disebutkan Ridwan, berdasarkan laporan rekan-rekan aktifis dan mahasiswa serta jurnalis dari Sumatera Utara, disebutkan kalau AKBP Marzuki diduga merupakan 'pemain' oknum petinggi Poldasu. Meski tersangka anggota jaringan penipu CPNS itu sempat beberapa kali dipanggil namun tak diindahkan, tapi tak dijadikan pertimbangan penahanan oleh Polres. Selain itu, tersangka juga terpaksa dicari dan diciduk dari Mess Pemkab Asahan di Medan. Begitu dapat, malah dilepas.
"Kasus sudah jadi konsumsi publik, dan tentunya Kapoldasu mengetahui itu. Tapi karena diduga ada hal tertentu, Kapoldasu tak menindak Kapolres dan memerintahkan penahanan si tersangka penipu CPNS tersebut," pungkasnya.
Sebelumnya, anggota Komisi III DPR Trimedya Panjaitan, juga mencurigai kasus tangkap lepas penipu CPNS dengan tersangka Ade Desi Filawati Br Barus (43). Trimedya menduga AKBP Marzuki MM 'peliharaan' petinggi Poldasu. Apalagi oknum Kapolres itu dinilai berani 'fulgar' melepas jaringan penipu CPNS.
"Dari jawaban berbeda antara Kasat Reskrim saat tersangka ditangkap dan diperiksa dengan jawaban Kapolres setelah tersangka dilepas, ada yang patut diperhatikan. Tapi apa mungkin pimpinan satu korps menindak anggota?" ucap Trimedya, balik bertanya pada wartawan, di kantor Depkum dan HAM Sumut, saat akan melanjutkan reses ke Mapoldasu, belum lama ini.
Politisi vokal PDIP itu mengatakan, akan menjadikan temuan ini sebagai salah satu masukan bahan pembahasan Komisi III DPR RI dan wakil rakyat lainnya, di Senayan, Jakarta. Diakui Trimedya, kinerja aparat hukum di Sumut masih memperihatinkan.
"Seperti Kajatisu yang terkesan mati-matian melindungi Rahudman Harahap. Sama halnya mungkin dengan kasus penipu CPNS itu," tegas Trimedya.
Sebagaimana diberitakan , Ade Desi Filawati istri Wakil Ketua DPRD Asahan Ir Arif Fansuri, ditangkap atas laporan para korban diantaranya Yati Asmidar dan Rosita br Sirait. Dalam kasus penipuan dan penggelapan uang sejumnlah Rp 80 juta per CPNS itu, tersangka menjanjikan para korban akan menjadi PNS di Pemkab Asahan.
Tersangka juga membuat SK pengangkatan PNS palsu pada korban. Surat SK untuk PNS di Dinkes Asahan itu, seolah dikeluargan Dinkes Sumut. Dan belakangan diketahui SK pengangkatan PNS palsu. Saat diperiksa di ruangan Resum Mapolre Asahan, tersangka yang didamping suaminya Arif Fansuri dan pengacaranya, menolak memberi keterangan pada wartawan.
Sementara Kasat Reskrim Polres Asahan AKP Fahrizal SIK saat dikonfirmasi tetap TOPKOTA saat itu mengatakan, pihaknya menangkap Ade Desi Filawati atas kasus penipuan. Dari tangan korban dan tersangka, penyidik Polres Asahan menyita puluhan kwitansi titipan uang dan bukti setoran maupun penarikan uang dari bank.
”Kami mengamankan istri Wakil Ketua DPRD Asahan bernama Ade Desi Filawati Br Barus, atas laporan Yati Asmidar dan Rosita br Sirait di Mes Pemda Asahan Jalan Armada di Medan. Modusnya bisa memasukkan orang PNS melalui jalur sisipan," terang Kasat Reskrim.
Beda dengan Kapolres Asahan AKBP Marzuki MM. Melalui SMS saat dikonfirmasi mengatakan, tersangka penipu itu dilepas karena bukti belum cukup.
"Kasus penipuan belum cukup unsur ditahan, karena dananya diserahkan kepada SY dan dikuatkan dengan bukti setor. Perlu pemeriksaan SY supaya unsur-unsur penipuan dan penggelapannya dapat terpenuhi. SY dalam pencaharian,dum," kata Marzuki, tak menjelaskan siapa SY dan nama panjangnya.
Ironisnya, sampai saat ini tak ada terlibat upaya pihak Polres Asahan mencari atau mengejar SY. Sedang tersangka Ade br Barus, tak lagi menjalni pemeriksaan dan berkas tak kunjung disampaikan ke Kejaksaan. Malah belakangan yang berkembang, pihak Polres mencari wartawan yang memberitakan masalah kasus ini dan maraknya judi togel di Asahan, guna diduga dijebak.
"Bisa saja kita ;lagi jalan sendiri ditabrak lari. Atau narkoba dimasukkan atau diletakkan ke kendaraan kita. Bisa juga dicampakkan ke bawah meja dimana kita duduk-duduk, tanpa kita sadari," jelas rekan wartawan di Kisaran, kemarin.(Sar/Pea/Array)

Berkas Penipu CPNS
Pemprovsu Dilimpahkan

POLDASU melimpahkan berkas tersangka penipu dan pemalsuan tandatangan 49 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Pemprovsu, ke Kejatisu. Berkas tersangka oknum honorer Sekda Provsu, Tengku Hasanul Bolqiah (27) itu tinggal menunggu jawaban Kejatisu, apakah sudah lengkap atau masih ada yang harus dilengkapi.
Pelimpahan berkas warga Jalan Pasar II Barat Griya Sapta Marga Blok B No. 6 Medan Marelan itu, ditegaskan Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Raden Heru Prakoso, melalui Kasubbid PID Humas Poldasu AKBP MP Nainggolan, Jumat (25/11) di Mapoldasu.
"Berkasnya sudah dikirim ke jaksa dan tinggal menunggu P21," kata MP Nainggolan
Ditambahkan MP Nainggolan, sebelumnya penyidik yang menangani kasus tersebut telah memeriksa beberapa saksi guna mendalami kasus tersebut.
"Perkembangan terakhir, penyidik (Sub Direktorat II Reserse Kriminal Umum Poldasu) telah memeriksa 4 orang saksi," tegas Nainggolan.
Sebagaimana diberitakan, Tengku Hasanul Bolqiah ditangkap petugas Direktorat Intelkam Polda Sumut bebeberapa waktu lalu. Pelaku mengaku tenaga honorer di Sekretariat Pemprovsu, dan ditangkap lantaran terkait penipuan dan pemalsuan tanda tangan terhadap 49 CPNS. Kepada para korban, tersangka mengaku bisa mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dari CPNS menjadi PNS, tetapi harus membayar dengan nilai bervariasi mulai Rp10 juta sampai Rp25 juta. Dari seluruhnya, pelaku meraup uang sekitar Rp500 juta.(sukry)(hariantopkota.com)